Diantara Kelompok-kelompok yang terdeteksi tersebut mempunyai gejala yang sama diantara mereka. Kesemuanya adalah tipe manusia yang gemar memuji-muji diri sendiri. Konsekuensi logis dari kegemaran mereka untuk memuji diri itu adalah mereka suka mengecam dan mencela orang-orang yang di sekitarnya yang mereka anggap cocok untuk dicela. Sebab mereka tidak ingin ada sosok lain kecuali diri mereka yang dipuji orang sehingga jalan apa pun akan mereka tempuh untuk memperoleh pujian tersebut.
Jika Gejala kejiwaan ini tidak terkendali akan menyebabkan malapetaka besar yang sangat merugikan umat manusia, khususnya bagi umat Islam. Kehadiran kelompok-kelompok tersebut senantiasa menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Perselisihan dan perpecahan ini dimanfaatkan oleh penguasa demi keuntungan mereka. Dengan program terencana rapi, penguasa mengadu domba pemimpin umat sampai umat mengalami kelemahan. Kokohnya kekuaaan rezim tidak terlepas dari perselisihan dan perpecahan yang disebarluaskan oleh kelompok-kelompok diatas.
Tipologi Psikosis Megalomani Umat Islam Di Indonesia:
- Jama’ah yang menganggap orang diluar jama’ahnya adalah kafir. Kelompok jama’ah ini meyakini kaum muslimin yang tidak mengikuti jama’ah mereka akan masuk neraka jahanam bersama-sama orang kafir.
Kalau klaim jama’ah ini memang benar menurut Allah, berarti Allah dengan tegas dan jelas menciptakan surga sebagai satu tempat yang lebih kecil dan lebih sedikit isinya dibanding neraka. Padahal, tidak ada dalil yang menjelaskan perbandingan antara surga dan neraka mengenai besar kecilnya, baik dari Al-Qur’an maupun dari Hadits. Berarti klaim ini tidak didasari nash apa pun.
Lucunya lagi mereka merasa bisa menunjukkan sejumlah Hadits yang katanya secara khusus dialamatkan kepada jama’ahnya oleh nabi Muhammad. Hadits-hadits itu menurut anggapannya adalah semacam karcis yang bisa mereka pakai untuk masuk surga bersama sanak-keluarganya.
Rasulullah pernah berkata bahwa siapa yang menuduh kafir seseorang padahal orang yang dituduh itu tidak demikian, maka maka tuduhan kafir itu akan kembali kepadanya. Barang siapa yang mengkafirkan orang yang telah mengucapkan La ilaha illah maka ia lebih dekat kepada kekafiran (HR. Bukhari & Muslim).
Jika disimpulkan, justru jama’ah tersebutlah yang akan masuk neraka sebab mereka secara sengaja atau tidak telah menuduh Allah sebagai Tuhan yang jahat karena telah menciptakan umat manusia hanya untuk menghuni neraka. Mereka juga telah menuduh Allah SWT sebagai Tuhan yang tidak memiliki sifat Rahman, rahim, adil, karena Tuhan telah pilih kasih memasukkan segelintir hambanya ke surga dan menyiksa berpuluh milyar hambanya di neraka.
- Kelompok yang tidak mengkafirkan sesama muslim namun tetap menganggap bahwa kaum muslimin yang tidak mengikuti pahamnya adalah sesat dan akan menjadi penghuni neraka jahanam. Mereka menganggap diri sebagai pejuang Islam pilihan Tuhan yang rela berkorban jiwa raga demi kemuliaan dan kesucian Islam. Ciri khasnya adalah kebiasaan mereka mencaci maki kaum muslimin yang tidak sepaham dengannya, terutama dalam kaitannya membangun ‘Imperium Islam dunia’. Mereka menilai, selama proses menegakkan ‘Imperium Islam Dunia’, seluruh wilayah berada dalam keadaan perang (dar al-harb) sehingga dibutuhkan kekerasan dalam bertindak. Orang-orang bukan Islam wajib dibunuh. Orang-orang Islam yang tidak sepakat dengan keberadaan ‘Imperium Islam Dunia’ dianggap sama dengan orang-orang bukan Islam. Mereka halal ditumpahkan darahnya.
Kelompok ini menganut paham berlandaskan kemarahan, kesombongan, dendam, kebencian dan kekejaman. Penganut paham ini tidak akan pernah merasakan tenang dan tentram jiwanya karena api kemarahan dan kesombongan diri selalu membakar diri mereka setiap hari, terutama sewaktu mereka sadar bahwa harapannya untuk mewujudkan imperium dunia belum terwujud. Kelompok ini sangat berbahaya kerena gampang membunuh orang yang dianggapnya berseberangan dengannya.
- Kelompok yang gemar mengecam kaum muslim seumumnya sebagai orang-orang yang telah keluar dari jalan Islam karena melakukan berbagai perbuatan bid’ah yang sesat. Mereka mengecam habis-habisan mazhab-mazhab yang dianut oleh sebagian kaum muslimin. Menurut mereka, Imam yang empat terutama Imam Syafi’i dan Imam Hanafi adalah Imam Setan yang telah menyebarkan banyak kesesatan diantara umat Islam karena mereka berdua mengajarkan paham yang menggunakan Ijma’ dan Qiyas dalam menetapkan hukum Islam. Menurut kelompok ini, orang Islam yang mengikuti Mazhab Syafi’i dan Hanafi dalam beragama adalah orang sesat yang akan menjadi penghuni neraka.
Kelompok ini adalah kelompok yang suka memuji-muji diri sendiri dan mencaci maki orang lain. Mereka menganggap diri sendiri sebagai orang yang paling benar dalam menafsirkan Al-Qur’an dan Hadits, sedang orang lain mereka anggap keliru dan sesat. Mereka menganggap diri sendiri suci dan mulia, sedang orang lain dianggap najis dan berlumur dosa. Dengan mengharamkan Mazhab-mazhab Islam yang telah ada, sebenarnya mereka sedang membentuk Mazhab sendiri.
Mereka berusaha untuk menampakkan keseriusan amal ibadah mereka. Dengan mengosok-gosokkan dan membentur-benturkan kepala ke lantai saat bersujud, mereka ingin agar dahi mereka terdapat bekas sujud yang menghitam. Dengan begitu, mereka berharap mendapatkan pengakuan dari orang lain sebagai ahli ibadah yang selalu bersujud kepada Allah karena ada tanda bekas sujud dikening mereka.
Kelompok ini mempelajari kebenaran agama hanya berdasarkan teks-teks Al-Qur’an dan Hadits yang hanya di otak-atik. Mereka tergolong orang-orang yang memilki cara bernalar ‘textbook thinking’.
- Kelompok yang bangga akan amal ibadah yang telah dilakukannya. Mereka selalu merasa tidak ada orang lain yang sebaik mereka dalam menjalankan Sunnah Rasul. Bahkan semakin bangganya, setiap hari mereka melakukan suatu Sunnah Rasul, mereka selalu menyiar-nyiarkannya di depan orang banyak bahwa apa yang telah dilakukannya itu adalah Sunnah Rasul. Dalam upaya menegakkan Sunnah Rasul, mereka makan tanpa sendok, mandi tanpa handuk, masuk ke mesjid tanpa sandal, gosok gigi dengan siwak dan menolak pasta gigi, menolak pakai celana dan jas, menolak meja dan kursi, bahkan menampik televisi dan radio.
“Min ‘alamat al-i’timadi ‘ala al-‘amali nuqshanu raja’i ‘inda wujudi azh-zhalali” (setangah dari tanda-tanda orang yang menyandarkan diri pada kekuatan amalnya adalah berkurangnya pengharapan orang tersebut terhadap rahmat Allah pada saat ia melakukan dosa). (al-Hikma).
Beragama adalah proses perjuangan yang tidak kenal selesai bagi seseorang dalam menuju Allah. Siapa yang merasa puas diri dengan apa yang telah diperolehnya dalam menjalankan perintah agama maka orang itu telah menjadikan perintah agama sebagai sebuah perangkat mekanik. Cepat atau lambat, orang semacam itu akan terperangkap pada stagnansi yang akan menjerumuskannya ke jurang kejenuhan yang berujung kesesatan.
Jika diantara umat Islam kemudian ada yang mengaku bahwa mazhab yang dianutnyalah yang paling benar maka yang demikian itu adalah suatu pemahaman yang sesat dari sekelompok orang dalam menghayati kebenaran Ilahiyah yang tersembunyi dalam hukum syari’at. Sebab, siapa diantara orang Islam yang dengan berani berkata ’ana khairun minhu’ terhadap saudaranya sesama muslim maka sebenarnya ia telah melanggar aspek batiniah dari hukum syari’at yang terahasia. Bukankah makhluk ciptaan Allah yang pertama sekali mengucapkan kalimat ’ana khairun minhu’ (QS. Shaad: 76) adalah Iblis? Salahkah jika kemudian dikatakan bahwa sebagian diantara bani Adam yang selalu berkata ’ana khairun minhu’ adalah sama saja dengan Iblis laknatullah?. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar